“Tunggu Saja Nanti Punya Anak..”
“Tunggu saja nanti punya anak..” Apakah kalimat ini familiar untuk Mom? Atau mungkin Anda yang mengucapkannya? Saya sudah mendengar kalimat ini sedikitnya 5 kali atau lebih sebelum hamil dan tak terhitung saat proses kehamilan. Lucunya kalimat ini justru keluar dari mulut relasi terdekat yang biasanya sudah punya anak, biasanya saat saya mengungkapkan pendapat saya tentang salah satu atau dua hal tentang pengasuhan anak. Buat saya pribadi, kalimat ini terdengar seperti ancaman (sangat negatif) dan salah satu alasan mereka menyebutkan kalimat ini karena untuk mereka sepertinya mempunyai anak itu beban yang sangat berat.
Belum lama ini saya baru mengenal istilah “Mom-Shaming” yang artinya mengkritik atau merendahkan seorang ibu karena pilihan pengasuhan anak berbeda dengan si pengkritik (criticizing or degrading a mother for her parenting choices because they differ from the choices the shamer would make). Terkadang kritik ini tidak terbatas hanya dalam hal pengasuhan anak saja, tapi juga dalam perencanaan Mom mempersiapkan kelahiran, pilihan produk atau merek keperluan bayi dan sebagainya.
Saya tidak sepenuhnya menyalahkan relasi yang telah melakukan Mom-Shaming karena mungkin saja saya secara tidak sadar juga melakukan hal yang sama, tapi ada 1 hal yang saya pastikan adalah saya tidak mengkritik atau memaksakan pendapat saya di depan Mom lainnya karena saya sudah tahu rasanya di posisi tersebut. Karena setiap orang punya pendapatnya masing-masing dan pengalamannya mengasuh anak tapi bagaimanapun juga setiap Mom mau memberikan yang terbaik untuk anaknya. Mengasuh anak memang jelas sulit, apalagi bagi first-time mom. Tapi bukankah lebih baik kalau memberikan dukungan dan saran tapi tidak tidak memaksakan? Saya tahu beberapa Mom yang rela mengorbankan apapun bahkan mungkin kesakitan karena menunggu buah hatinya. Keputusan untuk melihat anak sebagai beban atau karunia terindah Tuhan kembali kepada masing-masing Mom dan apakah Anda tipe Mom yang easy-going atau rempong.
Hasil survei yang dibagikan oleh Parentalk pada waktu yang lalu juga membuktikan bahwa justru relasi terdekat seperti suami, orang tua kandung, mertua, temanlah yang melakukannya. Mereka adalah orang-orang yang biasanya mengungkapkan pendapat tanpa ditanya atau malah memaksakan cara mereka mengasuh anak karena merasa sudah lebih berpengalaman. Tapi apa biasanya yang menjadi alasan sebenarnya Mom-Shaming ini terjadi?
- Bosan dan Marah
Mengasuh anak 24/7 memang sudah dapat dibayangkan pekerjaan yang sangat membosankan dan membuat stress. Setiap orang pada dasarnya ingin mencapai suatu level yang lebih tinggi, dalam aspek apapun dalam hidupnya dan terkadang saat mengasuh anak, ada pengorbanan yang harus dilakukan, termasuk produktivitas yang menurun atau pekerjaan yang terbengkalai. Oleh karena itu, dengan mengkritik kesalahan Mom lainnya dalam mengasuh anak membuat dirinya seperti memberi kontribusi untuk hal yang lebih baik. - Iri
Setiap orang punya tingkat kedewasaan dan musim hidup yang berbeda. Saat mempunyai anak, tentu berpengaruh besar terhadap finansial, hubungan/komunikasi dan aspek lain dalam keluarga. Bagi beberapa orang seringkali melihat “rumput tetangga lebih hijau” akan timbul rasa iri dalam hati. Yang tidak disadari adalah terkadang tidak semuanya indah seperti kelihatannya. Saya sangat yakin setiap keluarga mempunyai kesejahteraan dan ceritanya masing-masing tapi tidak semuanya diceritakan atau kelihatan di luar. Ditambah dengan akses social media yang tidak terbatas, membuat lebih mudah bagi kita untuk melihat betapa luar biasanya celegram yang hidupnya terlihat sangat mudah, bisa berlibur dengan keluarga atau cepat sekali mengembalikan bentuk tubuhnya. - Terlalu Lelah (Overwhelmed) dan Ingin Diakui
Dan setelah melewati malam-malam yang sulit karena kurang tidur, beberapa orang hanya memerlukan telinga untuk mendengar curahan hati mereka, sentuhan lembut di pundaknya dan pujian yang sederhana seperti,”Kamu ibu yang baik dan kamu sudah melakukan yang terbaik untuk anakmu.
Apabila hari ini kamu adalah Mom yang menjadi korban Mom-Shaming, cobalah bersabar dan mungkin memberikan senyum saja agar tidak menyinggung. Namun apabila kritikan sudah agak melewati batas, bisa berkata jujur saja kalau Anda tidak nyaman dengan cara mereka memberikan saran dan apabila diperlukan, bisa disertai fakta atau “kata dokter.”
Bagi Anda yang secara tidak sadar telah melakukan Mom-Shaming ini kepada teman atau keluarga terdekat, artikel ini bisa menjadi pengingat dan refleksi untuk Anda.