My Biggest Fears/Worries During Pregnancy
Kekhawatiran selama proses kehamilan pasti dialami oleh semua ibu hamil, meskipun terkadang masih tetap menghantui ibu yang sudah pernah menjalani kehamilan sebelumnya. Dalam pengalaman saya, kekhawatiran seringkali muncul karena rasa sayang kepada bayi yang sedang dikandung dan kita berharap agar semua proses berjalan sesuai textbook agar lebih terprediksi tapi sayangnya tidak selalu begitu.
Berikut beberapa kekhawatiran yang saya alami. Bagi saya, semua daftar kekhawatiran yang dialami setiap ibu hamil pasti berbeda-beda dan ada caranya masing-masing untuk menanggulanginya. It’s good to know that you’re not alone going through this.
1. Keguguran
Hal ini sangat lumrah bagi ibu hamil siapapun, terlebih bagi ibu yang sudah pernah mengalami pengalaman keguguran sebelumnya. Jujur saja, meskipun insiden keguguran yang saya alami sebelumnya sangat cepat, ada rasa trauma yang menghantui. Kekhawatiran ini paling besar saat di kehamilan trimester pertama karena saat itu dokter kandungan saya pun menganjurkan untuk stay at home selama 3 minggu. Anjuran diberikan karena masa-masa janin belum menempel sepenuhnya ke dinding rahim.Selama beberapa lama itupun dokter kandungan pada umumnya akan memberikan suplemen penguat janin dengan meningkatkan hormon estrogen sehingga tubuh kita lebih siap untuk menjalanin proses kehamilan.
Obat penguat janin yang saat itu diberikan adalah Utrogestan 200mg yang diminum hanya 1 kali sehari sebelum tidur dan biasanya selang berapa lama setelah minum obat tersebut, saya biasa merasa tipsy dan drowsy. Mungkin memang kandungannya dibuat agar ibu hamil dapat beristirahat lebih tenang.Kekhawatiran akan keguguran bagi kasus saya tidak hanya di trimester pertama tapi masih berlanjut sampai trimester kedua, terutama saat saya merasa kelelahan setelah banyaknya aktivitas seharian. Bahkan sampai saat saya pergi babymoon dengan suami ke Bali, saya sempat punya pikiran negatif saat sedang di atas pesawat.
2. Nutrisi Bayi dalam Kandungan
Siapa yang tidak mau bayinya sehat sempurna dan nutrisinya tercukupi selama dalam kandungan? Saya sempat merasa cukup khawatir tadinya karena banyak yang mengatakan bahwa perut saya kecil sekali. Hal pertama yang terlintas tentu apakah bayi saya cukup makan dan tumbuh kembangnya normal. Karena kekhawatiran ini, saya sampai beberapa kali bela-belain untuk pergi makan lunch buffet di Shaburi agar bisa makan lebih banyak sup kaldu, daging, sayur dan ikan.
Puji Tuhan setiap kali cek USG, perkembangan bayi normal meskipun memang bentuk perut saya tidak terlalu besar dan dokter pun mengatakan saya tipe yang hamil dengan perut tidak terlalu membuncit. Saya pernah posting sebuah artikel untuk tracking kenaikan berat badan ideal sebelumnya yang mungkin bisa membantu ibu-ibu untuk mengetahui kira-kira apakah kenaikan berat badannya pas, berlebihan atau masih kurang.
3. Kelainan Pada Bayi
Dengan kecanggihan teknologi saat ini, mampu menginformasikan ibu hamil apakah ada kelainan pada bayi. Dari saat kehamilan bulan ke 2-3, ada tes yang bernama NIPT. Tes ini dilakukan dengan pengambilan sampel darah untuk mengecek apakah bayi mengalami kelainan seperti down syndrome dan sebagainya. Saya sendiri tidak mengambil tes ini dan diyakinkan oleh dokter kandungan juga karena tidak ada histori kelainan dalam keluarga saya dan suami, saya belum berumur di atas 35 tahun dan tidak perlu menambah kekhawatiran yang tidak diperlukan.
Dengan cek USG yang biasa dilakukan dokter kandungan pada setiap pertemuan, kurang lebih kita bisa mendapat informasi yang cukup, misalkan pertumbuhan bayi dengan perkiraan berat badan, ada tidaknya down syndrome dari panjang tengkuk leher pada usia kandungan tertentu, jenis kelamin saat memasukin kehamilan bulan ke 4. Saat usia kehamilan bulan 6 juga dapat dilakukan USD 4D, dimana dokter kandungan juga dapat mengecek kesehatan organ dalam bayi. Misalkan katup dan jalan darah dalam jantung, paru-paru, usus dan lambung, jumlah tulang belakang, ginjal, kandung kemih, jumlah cairan ketuban dan kalau ibu sedang beruntung, dapat melihat struktur wajah bayi. Kebetulan placenta saya selalu terletak di depan wajah bayi sehingga menutupi wajah bayi.
4. Istilah-Istilah
Untuk saya yang baru pertama kali menjadi ibu hamil, istilah-istilah unik yang digunakan pernah membuat saya tidak percaya diri, seakan-akan masih banyak sekali hal yang belum saya ketahui. Saya tahu bahwa istilah atau singkatan yang dipakai untuk memudahkan namun bagi beberapa orang ini cukup mengintimidasi. Tapi kekhawatiran yang satu ini tidak berlangsung lama karena saya berusaha meluangkan waktu untuk membaca buku-buku mengenai kehamilan, ASI dan menyusui, persiapan pengasuhan bayi, yang sebelumnya juga saya bagikan. Dengan mempelajari informasi-informasi ini terkadang membuat ibu hamil lebih tenang karena setidaknya ia sudah dapat membayangkan apa yang akan dihadapi, meskipun tetap akan ada trials and errors.
5. Salah Beli Barang Bayi
Dengan banyaknya pilihan barang bayi saat ini, tentu membuat ibu hamil barang dan merek yang terbaik untuk bayinya. Apabila ibu hamil berencana untuk memberikan ASI Eksklusif, setidaknya pilihan susu formula belum menjadi pertimbangan atau prioritas utama. Bagi saya sendiri, saya ingin beriman dengan tidak memikirkan opsi pemberian susu formula saat ini karena ingin berkomitmen dengan ASI Eksklusif.
Namun, dengan banyaknya informasi atau review dari mommy celegram yang mudah dilihat dan diakses lewat Instagram dan pendapat dari teman-teman, membuat saya sempat kewalahan. Belum lagi mempertimbangkan sisi finansialnya karena perintilan barang bayi sangat banyak dan harganya tidak murah. Saya mengambil waktu yang saya miliki untuk research dan membuat daftar barang bayi yang perlu dibeli.
Pada intinya, merek yang dipilih sangat berpengaruh terhadap harga barang. Bagi bayi, lebih sedikit terpapar dengan zat kimia dari sabun, shampoo, lotion dan sebagainya akan lebih baik dan ini sudah divalidasi oleh Educator yang sharing di Newborn Care Class yang saya ikuti bersama suami pada akhir pekan kemarin. Sehingga jangan sampai kalap karena ingin mengikuti tren dari mommy celegram atau pendapat sana-sini. Ibu sendirilah yang tahu apa yang terbaik bagi anaknya.
6. Ketuban Bocor
Kekhawatiran yang satu ini yang sedang saya jalani dan masih cukup menghantui saya karena cerita dari salah satu teman yang mengalami ketuban bocor. Pernah sekali waktu saya merasa ada cairan yang keluar dan saya langsung berpikiran negatif bahwa jangan-jangan ketubannya bocor, apalagi saya sudah memasuki trimester ketiga. Seluruh tubuh saya gemetaran dan lemas dan saya hanya berbaring di ranjang karena ketakutan ini. Rupanya setelah saya tilik kembali, ternyata saya ngencrit (pipis sedikit di celana dalam) karena bayi sedang menekan ke kandung kemih.
Setelah mencari tahu informasi dan menanyakan ke dokter, biasanya ketuban bocor ini terjadi kalau adanya infeksi pada vagina yang ditandai dengan keputihan dalam jumlah banyak dan berbau / berwarna. Berlangsungnya juga dalam kurun waktu tertentu atau tidak tiba-tiba. Selain itu, mungkin disebabkan karena adanya insiden atau kecelakaan benturan yang keras pada area perut.
7. Proses Perawatan di Rumah Sakit
Bagi beberapa ibu mungkin hal ini cukup remeh, tapi bagi saya yang berusaha merencanakan segala sesuatu, saya punya kekhawatiran tersendiri yang cukup membuat saya sulit tidur di malam hari. Apa yang akan terjadi kalau terlalu banyak tamu yang datang, yang akan memberikan komentar ini itu atau malah memaksa mencium dan memegang bayi.
Bahkan karena kekhawatiran ini mungkin dialami juga beberapa ibu lainnya, ada infografik yang merangkum. Jadi yang saya lakukan adalah saya memilah beberapa hal yang tidak bisa saya tolerir untuk dilakukan dan saya diskusikan bersama suami.
Beberapa hal tersebut adalah:
– Menetapkan jam besuk meskipun kita berencana dirawat di ruang VIP yang tidak ada jam besuknya, karena kita tidak ingin sampai kedatangan tamu membuat pemberian ASI kepada anak menjadi terhambat.
– Menetapkan peraturan dasar bahwa tamu diharapkan tidak mencium, menggendong dan memegang bayi, yang akan bagikan melalui informasi kelahiran bayi kepada sanak keluarga dan teman via Whatsapp Message.
– Mengajak kerja sama suami dan kedua pihak orang tua untuk sama-sama menerapkan aturan tersebut. Tentu dengan memberikan penjelasan yang masuk akal, seperti bayi perlu dimasukkan ke dalam baby room saat tamu berdatangan agar tidak terekspos dengan kuman atau bakteri karena antibodinya belum cukup kuat.
Akhir kata, kekhawatiran pasti ada tapi bagaimana kita meresponinya. Yang dapat saya anjurkan adalah pertama-tama, ibu hamil bisa membuat daftar hal-hal apa saja yang membuat cemas. Luangkan waktu untuk mencari informasi. Apabila informasi yang memadai sudah cukup membuat tenang maka tidak perlu dipikirkan lagi. Tapi kalau kekhawatiran masih berlanjut, bicarakan kepada pasangan (suami) atau teman yang Anda yakin dapat memberikan feedback yang positif. Kenapa pemilihan teman bicara ini penting, karena kita tidak ingin menambah minyak ke dalam api, jangan sampai pendapatnya malah membuat Anda semakin khawatir. Ajak kerjasama suami untuk menghadapinya dan hal ini sangat membantu saya selama proses ini. Terakhir, buat skala prioritas dengan memilih hal-hal yang tidak bisa ditolerir dan hal-hal yang memang tidak perlu terlalu dipikirkan karena perlu dijalani saja.