by Karen Kamal

Menyusui 101: Sebelum dan Setelah Melahirkan

Menyusui 101: Sebelum dan Setelah Melahirkan

Penting untuk saya memberikan disclamer bahwa semua informasi di bawah ini saya bagikan hanya berdasarkan pengalaman yang sudah dan sedang saya jalani dan tentu saja penerapannya berbeda-beda bagi masing-masing Mom.

Perjalanan saya sebagai Mom secara official dimulai sejak anak saya, Jane lahir di tanggal 10 September 2018 yang lalu dan berjalan 10 hari ini, pengalaman menyusui cukup membuat saya up and down. ASI saya baru mulai keluar di hari ke2 setelah melahirkan, dimulai dari jumlah yang sangat sedikit dan bertahap mulai bertambah. Per hari ini, jumlah ASI sebetulnya terhitung biasa saja (tidak banyak, tidak sedikit) dengan ukuran sekitar 50cc (mL) setiap breast pumping, namun cukup memenuhi kebutuhan Jane. Jadi ukuran banyak atau sedikitnya ASI tidak mempengaruhi. Selama berat atau pertumbuhan bayi dicek oleh dokter baik, maka ASI kita sudah dapat mencukupi kebutuhan bayi.

Bagi saya, perjalanan menyusui dibagi dalam 2 fase yaitu sebelum dan setelah melahirkan, karena ada persiapan ASI yang perlu dilakukan Mom dari sejak kehamilan menginjak usia 7 bulan.
 
1. Cari Tahu Informasi tentang ASI dan Menyusui
– Sebelum Melahirkan: Dalam postingan saya sebelumnya saya sempat membagikan tentang buku yang menurut saya pribadi sangat penting karena informasi mengenai ASI cukup lengkap, dari informasi pentingnya ASI, cara penyimpanan, posisi menyusui dan memerah. Meskipun semua informasi ini awalnya hanyalah teori, tapi ilmu dan informasi yang didapat sangatlah berguna untuk menghindari kepanikan yang bisa saja dialami Mom saat menghadapi bayi yang sudah merengek atau marah minta susu.

– Setelah Melahirkan: Informasi tentang pelekatan atau latch-on bayi dengan payudara rupanya sangatlah mempengaruhi. Bagi saya, latch-on yang benar dapat menghindari lecet puting dan bagi saya saat bayi ingin menyusui dengan baik dengan direct breastfeeding memberikan saya ketenangan secara mental karena merasa diterima dengan baik oleh bayi. Pada prakteknya memang awalnya sangat sulit dan saya juga sempat mengalami lecet puting sehingga untuk beberapa saat saya lebih memilih breast pumping dan memberikan botol pada Jane.

 
2. Nutrisi
– Sebelum Melahirkan: Dari semenjak sebelum melahirkan, Mom perlu mulai mengkomsumsi beberapa sumber nutrisi tambahan. Semua nutrisi yang Mom konsumsi dari sejak hamil dapat dilanjutkan sampai setelah melahirkan. Saya meminum supplement Blackmores Pregnancy & Breastfeeding sejak kehamilan 7 bulan dan susu almond.

– Setelah Melahirkan: Nutrisi yang dikonsumsi setelah melahirkan rupanya jauh lebih penting lagi karena bayi hanya bergantung dengan makanan dari ibu melalui ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik, maka nutrisi juga harus yang baik. Bagi saya untuk menyantap makanan setelah melahirkan cukup sulit karena badan sudah keletihan dengan menjaga bayi tanpa Nanny atau bantuan lainnya dan kurang tidur, tapi memang harus dipaksakan untuk memakan makanan sehat.

Dokter kandungan memberikan obat pelancar ASI yaitu Lactamam dan Vometa (obat mual tapi juga bisa menjadi pelancar ASI). Selain itu, saya sendiri menambah konsumsi teh pelancar ASI dari Mamabear dan sari kacang hijau. Untuk makanan, saya lebih banyak menyantap sayuran. Informasi yang cukup unik adalah rupanya daun katuk tidak boleh dikonsumsi secara terus-menerus karena dapat membuat sakit lutut karena kandungan zat besinya yang sangat tinggi. Tapi kita dapat konsumsi sayur lainnya yang baik untuk ASI seperti daun pepaya, daun ubi dan sayuran lainnya. Buah yang baik untuk ASI adalah buah naga, kiwi golden, pepaya.

Mom perlu menyantap makanan setiap selesai menyusui atau pumping agar dapat mempersiapkan produksi ASI yang baik untuk sesi menyusui berikutnya.

 
3. Perawatan
– Sebelum Melahirkan: Membersihkan puting rupanya diperlukan untuk membuka saluran ASI dari payudara lebih baik. Dilakukan dengan baby oil dan cutton bud kecil setiap hari sekali sudah cukup. Selain itu, Mom juga bisa belajar pijat payudara yang sederhana yang gerakannya dapat dipelajari di bawah ini.

– Setelah Melahirkan: Hal pertama yang perlu dipersiapkan saat melahirkan obat lecet puting karena bagi Mom dan bayi perlu sama-sama belajar adaptasi untuk pelekatan (latch-on) dan ini biasanya menyebabkan lecet puting. Lecet puting yang terlalu menyakitkan dapat membuat Mom down dan akhirnya menyerah untuk menyusui. Dokter menyarankan untuk memakai Kenalog (obat untuk sariawan, harga sekitar Rp 66,000) yang dioleskan setiap setelah sesi menyusui, namun bagi saya pribadi menggunakan gel Lansinoh lebih sesuai karena lebih moist (lembab) dan tidak mengering seperti Kenalog.

Untuk pijat payudara setelah melahirkan bagi beberapa orang mungkin tidak terlalu esensial namun bagi beberapa Mom seperti saya yang kelenjar susu dalam payudaranya masih keras sehingga perlu beberapa sesi pijat payudara agar ASI bisa keluar lebih lancar. Saya direkomendasi dokter kandungan untuk menghubungi Bu Hency (+62 812-8270-6067) yang memang sejak dulu spesialis untuk pijat payudara. Selain itu, dia juga bisa membantu untuk memasak makanan untuk nutrisi pelancar ASI. Saya mengambil 6 kali sesi pijat dengan Bu Hency dan sejauh ini produksi ASI sudah semakin baik dan menambah.

Pembersihan payudara sebelum dan sesudah menyusui juga penting untuk menghindari bakteri atau kuman ikut diminum oleh bayi. Saya biasanya menggunakan bola kapas yang dibasahi dengan air mineral dan disiapkan dalam wadah tertutup agar bisa digunakan kapanpun.

 
4. Bantal Menyusui
– Setelah Melahirkan: Item yang tidak disangka-sangka sangat diperlukan saat menyusui adalah bantal menyusui, karena membantu Mom untuk mencari posisi yang pas dalam menggendong bayi dan pelekatan dengan baik. Posisi duduk yang tegak juga sangat mempengaruhi.

 
5. Jaga Ekspektasi dan Hati
– Setelah Melahirkan: Setiap Mom pasti bercita-cita ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, terutama dengan nutrisi yang sehat melalui ASI. Namun kenyataannya, saat awal-awal melahirkan, ASI saya tidak langsung lancar keluar karena melahirkan dengan proses operasi caesar. Selain itu, bilirubin Jane juga sempat naik sedikit saat di rumah sakit sehingga harus disinari (blue light) yang menyebabkan Jane harus mengkonsumsi susu formula selama disinari agar tidak mengalami dehidrasi. Saya sempat khawatir nantinya Jane akan mengalami bingung puting karena dicampur susu formula dan botol susu di umurnya yang baru beberapa hari.

Oleh karena itu, Mom perlu menyiapkan hati untuk beberapa kejadian yang tidak diduga seperti ini agar tidak stress. Beberapa kasus seperti bayi yang perlu disinari, harus dicampur susu formula karena produksi ASI belum lancar atau cukup untuk kebutuhan bayi. Dari pengalaman saya sendiri, saya juga sempat down dan mengalami baby blues selama beberapa saat karena hal ini. Tapi akhirnya suami menjelaskan bahwa tidak perlu dipaksakan. Selama proses produksi ASI saya masih on-process, Jane bisa diberikan sedikit formula. Kenyataannya, malah Jane hanya sempat diberikan 20cc susu formula oleh kami dan it’s okay! Jane tidak mengalami bingung puting atau hal lainnya sejauh ini.

Menjaga hati selama menyusui juga sangat penting karena mempengaruhi jumlah produksi ASI. Bagi new Mom seperti saya, sudah tentu akan menghadapi orang-orang yang memberikan komentar terutama dalam hal mengasuh anak (Mom-Shaming) dan lucunya justru Mom-Shaming ini datangnya dari orang-orang terdekat seperti keluarga dan relasi. Pengalaman saya sendiri justru paling banyak datangnya dari mama dan mama mertua. Suami dan saya memilih untuk jujur memberitahu bahwa perkataan atau komentar mereka membuat kita tidak nyaman.

 
6. Lainnya
– Setelah Melahirkan: Beberapa hal lainnya yang mungkin cukup penting untuk diketahui Mom adalah Growth Spurt dan Power Pumping.

Saya memang sudah pernah mendengar istilah ini tapi tidak disangka adalah saat terjadi fase growth spurt ini sangat menguras tenaga secara fisik dan mental, karena bayi bisa menyusui sampai puluhan jam. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan saat Growth Spurt terjadi karena bayi sedang mengalami proses percepatan pertumbuhan sehingga ia lebih rewel daripada biasanya dan berlangsung 1-2 hari saja dan kemudian balik ke normal. Di kasus saya, Jane sedang di fase ini selama 2 (dua) hari belakangan ini dan menyusui dengan direct breastfeeding dari jam 4 sore sampai 5 pagi.

Untuk Power Pumping sendiri adalah trik untuk memberi sinyal kepada tubuh Mom bahwa bayi memerlukan asupan ASI lebih banyak. Yang diperlukan adalah double electric breast pump.

 
Advis terakhir yang bisa saya bagikan berdasarkan pengalaman dan kesalahan umum yang sering terjadi adalah apabila Mom bertekad untuk direct breastfeeding, bawalah alat pumping dan bantal menyusui ke rumah sakit.
1. Informasikan kepada perawat atau staff rumah sakit bahwa Mom akan memberikan ASI Eksklusif sehingga tidak dicampur dengan sufor dari botol.
2. Jangan tunggu hari ke 2 atau ke 3 atau ASI keluar sendiri. Mom yang harus stimulasi untuk produksi ASI dengan pumping sejak hari pertama melahirkan saat bayi masih ada cadangan makanan.
3. Pakailah bantal menyusui saat latihan menyusui langsung dengan bayi.
4. Konsultasi dengan dokter laktasi apabila ragu akan posisi menyusui karena teori saja terkadang tidak cukup. Dokter laktasi akan lebih mampu untuk mengevaluasi kondisi Mom dan bayi dan memberikan masukan yang disesuaikan.

Saya berharap beberapa informasi di atas ini dapat bermanfaat bagi new Mom seperti saya. Saya pun berharap ada yang membagikan informasi seperti ini sebelumnya.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *